Senin, 19 April 2010

FEATURE NEWS RIZKIE DYCA (153080283)


SAMBUNG HIDUP DENGAN SENAR

Didin “kapuk” Saputra lulusan D-3 salah satu perguruan swasta di Solo ini kini hanya pasrah pada keadaan dan menyambung hidup dengan hobinya bermain gitar. Remaja 22 tahun ini juga bingung mau melanjutkan kerja apa setelah berkali-kali mencoba melamar pekerjaan namun ditolak. Sempat ia bekerja di salah satu pabrik di Kota Solo tepatnya di pabrik genteng Morin namun ia tidak kuat karena memang gaji yang pas-pasan tidak sesuia dengan pekerjaan beratnya.

Ia hanya hidup dengan ibunya yang menjadi penjual angkringan di belakang kampus ISI Solo. Untuk membiayai uang kuliahnya pun ia sempat membantu berjualan ibunya saat sore menjelang malam hingga tengah malam. Hal itu dirasanya kurang cukup maka saat kuliah ia juga menyisihkan rasa malu dan gengsinya sebagai mahasiswa. Ia rela “mengamen” di sekitar terminal Tirtonadi.

Semasa SMA ia juga senang bermain band dengan teman-teman sebaya. Ia sempat menjadi juara di beberapa festival band pelajar Kota Solo. Prestasi itulah yang sempat membuatnya terobsesi menjadi pemain band karena memang itu cita-citanya yang sedikit menyimpang dari cita-cita semasa kecil menjadi polisi. Pernah sekali ia dan bandnya ditawari rekaman indie label namun patokan harga dari penyelenggara yang lagi-lagi menjadi kendala, maklum latar belakang personil bandnya relative sama. Ia termasuk satu-satunya yang beruntung diantara teman-teman band karena yang lain maksimal hanya lulusan STM namun ia berhasil menyelesaikan studi D-3nya. Namun semua angan-angan yang ingin diwujudkannya tak dapat ia raih.

Semangat pantang menyerah darinya yang patut diambil contoh, tak perduli apapun statusnya tapi ia tetep berusaha bertahan hidup dengan caranya. Kini ia tidak hanya sekedar mengamen di daerah terminal Tirtonadi namun kini ia mengamen mengikuti arah jalan bis antar kota antar provinsi. Namun saat ditemui ia sedang menyalurkan bakatnya dan mencari rejeki disekitaran malioboro dan alun-alun. Ia tidak pernah menyalahkan garis hidupnya yang tak nyaman namun ia coba mengambil hikmah dibalik kerasnya hidup yang dijalaninya. Cukuplah hasilnya untuk bertahan hidup dan diberikan kepada ibu tercinta sekedarnya saat ia menemuinya di Kota Solo kelahirannya.

Tidak ada komentar: